Di era sekarang ini banyak sekali bermunculan bahwasanya suatu kelompok mengatasnamakan Ahlussunah wal jama’ah namun ketika melihat beberapa penyampaian dakwahnya sungguh berbeda dengan ajaran Ahlussunah wal jama’ah pada umumnya, apasih sebenarnya Ahlussunah wal jama’ah itu?
Ahlussunah wal jama’ah (disingkat Aswaja) merupakan suatu istilah yang diperebutkan maknanya oleh berbagai firqah atau kelompok Islam. Hal itu karena ahlussunah wal jama’ah merupakan suatu kelompok yang benar dan akan masuk ke dalam surga. Hal ini dinyatakan dalam hadits Nabi yang berbunyi:
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺوَالذِّي نَفْسِىْ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقُ
اُمَّتِى عَلٰى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ
وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِى النَّارِ قِيْلَ : مَنْ هُمْ يَارَسُلَ اللّٰهِ،
قَالَ : اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَعَاعَةِ (رواه
الطبرني)
Memang tidak mudah untuk membedakan antara aswaja yang sebenarnya dengan aswaja yang palsu. Kita baru bisa mengetahui kelompok mana yang tidak sebagai pengikut Aswaja, ketika mereka selalu membid’ahkan beberapa ajaran yang dipraktekan oleh ulama NU. Mereka tidak setuju dengan budaya yang ada di NU seperti tahlilan dan untuk menerapkan ajaran-ajaran Islam. Mereka juga tidak setuju dengan Negara Pancasila yang dinilainya bukan negara Islam. Jadi apa yang dipraktekan oleh ulama NU memiliki landasan agama yang kuat berdasarkan pada alasan dan dalil-dalil Al-Qur’an.
“Sebagai jama’ah NU jangan sampai mengikuti kelompok seperti Hizbut Tahrir, Wahabbi, dan Ikhawanul Muslimin, yang juga mengaku sebagai pengikut Aswaja”.
Untuk memahami tentang Ahlussunnah Waljama’ah terlebih dahulu harus kita fahami pengertiannya. Pengertian Ahlussunnah Waljama’ah adalah sebagai berikut:
1. Secara Bahasa
Secara Bahasa ahlusunnah waljamaahTerdiri dari 3 kalimat:
b. as-Sunnah yang berarti jejak nabi.
c. al-Jama’ah yang berarti kumpulan atau kelompok (kelompok sahabat Nabi/Tabi’in, dan murid para sahabat Nabi/Tabi’it Tabi’in).
2. Secara Istilah
Secara istilah ahlusunnah waljamaah adalah Golongan yang selalu setia mengikuti dan berpegang teguh pada jejak langkah Rasulullah SAW. Sebagaimana yang dipraktikkan bersama para sahabatnya semasa hidup dan apa yang dipraktekkan sahabat sepeninggal beliau khususnya Khulafaur Rasyidin.
Jejak langkah Rasul semuanya berasal dari wahyu yang berupa kitab suci al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi aqwal (ucapan), ahwal (perbuatan), dan taqrir (penetapan) Rasul. Jejak langkah Rasul tersebut dipegang teguh dan diamalkan oleh para sahabat sehingga menjadi sunahnya, kemudian diteruskan kepada tabi’in dan tabi’it tabi’in.
Ahlussunnah wal Jama’ah dapat juga di sebut “assawadul A’dhom” yakni golongan terbesar umat Islam yang di dalamnya terdapat para ulama ahlul haq dari berbagai keahlian ilmu. Ada ahli fikih, ilmu kalam, hadis, tafsir, tasawuf dan sebagainya. Rasulullah SAW. berpesan:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
“Hendaknya kamu semua berpegang teguh pada sunahku, dan sunah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
B. TOKOH-TOKOH AHLUSSUNNAH
WALJAMA’AH
Ahlussunnah waljama’ah lahir
pada tahun 3 H/661 M melalui upaya dari beberapa tokoh diantaranya:
1. Abu Hasan Ali al-Asy’ari
Abu Hasan Ali al-Asy’ari
(tahun 260
– 324 H) seorang ulama mu’tazilah yang lebih
terkenal dengan nama imam Asy’ari.
Lahir di Basrah (Iraq) pada tahun 260 H.
2. Abu Manshur Muhammmad bin
Mahmud
Abu Manshur Muhammmad bin
Mahmud (Abad III H) Dikenal dengan
al-Maturidi. Beliau lahir di Uzbekistan dan pada tahun 333
H. Al-Maturidi sebagai seorang tokoh memiliki
karangan-karangan kitab. Di antara karangannya yang tercatat adalah Risalah
fi al-‘aqa’id dan syarh al-Fiqh al-Akbar. Sebagai pengikut Abu
Hanifah yang banyak memakai rasio dalam pandangan keagamaanya, al-Maturidi
banyak pula memakai akal dalam pandangan keagamaannya.
C. CARA PIKIR ASWAJA
Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahīh-nya, bahwa pilar agama ada tiga yaitu: Iman, Islam dan Ihsān. Pembagian ilmu ada tiga yaitu: akidah, fiqih dan suluk. Setiap imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah berikan.
Cara berfikir Ahlussunnah Wal
Jamā’ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur’an
dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya. Aswaja
berupaya memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian (tahqīq
manāth) dan memahami sebab hukum (takhrīj manāth).
Ahlussunnah Wal Jamā’ah (Aswaja) menjelaskan dan memahammi teks
wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang
global (mujmal), kemudian menerapkannya dalam kehidupan dunia
ini, sehingga mereka memakmurkan bumi sesuai dengan ajaran Islam.
Ahlussunnah Wal Jamā’ah (Aswaja)
bukan hanya memahami Al-Qur’an dan Sunnah saja, tapi
mereka juga menekankan pentingnya memahami realitas
kehidupan.
Ahlussunnah Wal Jamā’ah (Aswaja) memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting, yaitu tata cara menerapkan teks wahyu yang pasti benar kepada realitas kehidupan. Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Oleh karena itu mereka sesat dan menyesatkan.
Ciri-ciri Ahlussunnah Wal Jamā’ah (Aswaja)
- Tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam.
- Tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram).
- Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, atau tasawuf.
- Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan.
- Aswaja memahami syariat.
- Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu.
- Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu dan keadaan.
Rasulullah juga bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dari barisan umatku, menikam (membunuh) orang saleh dan orang jahatnya, ia tidak peduli pada orang mukmin, juga tidak menghormati orang yang melakukan perjanjian damai (ahlu dzimmah), sungguh dia bukanlah bagian dari saya, dan saya bukanlah bagian dari dia.”
D. AJARAN-AJARAN AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH
Ajaran Ahlussunnah wal jama’ah tentang akidah sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
4. Tentang Rasul Allah
5. Tentang Hari Kiamat
6. Tentang Takdir
Segala kejadian berlaku
menurut takdir Allah, namun manusia diberi kesempatan untuk berikhtiar.
Kemudian, sesuai dengan rupa ikhtiar yang dilakukan inilah manusia
mendapat balasan dari Allah. Kalau ikhtiarnya berwujud perbuatan
baik maka mendapat pahala dan kalau berwujud perbuatan maksiat
maka mendapat siksa.
7. Tentang Alam Kubur
Itulah sekilas tentang Ahlusunnah Waljamaah dan itu
sebabnya kenapa Nahdlatul Ulama sering berselogan Aswaja Annahdliyah ? lantas
bagaimana dengan Aqidah aswaja Annahdliyah? Tunggu postingan berikutnya. Wallahu a’lam. (MWC NU Widasari)
0 Komentar