MWC NU WIDASARI

Ke-NU-an Bag. 12 || Nahdlatul Ulama dan Pondok Pesantren

A. PENGERTIAN PONDOK PESANTREN

Pondok pesantren merupakan dua kata yang saling berkaitan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai tempat tinggal sementara untuk belajar agama Islam. Kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan ‘pe’ akhiran ‘an’ yang berarti tempat tinggal santri.

Menurut istilah, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, tempat para santri belajar agama Islam dan menerapkan ajaran Islam menjadi bentuk perilaku yang Islami. Menurut Imam Bawani M, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dilakukan dengan cara nonklasikal.

Pada umumnya, sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dibagi menjadi dua yaitu: bandongan (sistem weton) dan sorogan. Pertama, sistem bandongan atau sistem weton diajarkan dengan cara kiai membacakan, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab-kitab klasik, sedangkan santri menulis hal-hal penting petuah kiai. Cara bandongan juga disebut cara halaqoh, yang berarti lingkungan murid. Sebab para santri berkelompok belajar di bawah bimbingan seorang guru. Kedua, sistem sorogan, yaitu santri membaca ulang teks yang telah dipelajari, baik dihadapan kiai maupun dihadapan sesama santri. Pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju, khususnya yang berminat untuk menjadi kiai.

B. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN

1. Asal Usul Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim (Syekh Maghribi) yang berasal dari Gujarat. Beliau terkenal dengan julukan Spiritual Father atau Bapak Spiritual Walisongo. Disebut demikian, karena Syekh Maghribi menurunkan generasi yang ahli dalam agama Islam yang dikenal dengan sebutan “Walisongo” serta berperan besar dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Syekh Maghribi disebut juga sebagai Sunan Gresik, karena padepokannya yang dipergunakan sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mengajarkan ilmu agama Islam ada di wilayah Gresik, Jawa Timur.

Pada awalnya rintisan pesantren tidak hanya menekankan misi pendidikan, melainkan juga misi dakwah. Dan misi dakwah lebih menonjol daripada misi pendidikan. Lembaga dakwah merupakan lembaga tertua di Indonesia. Lembaga ini selalu mencari lokasi baru agar dapat mengembangkan misinya.

Dalam perjalanannya, lembaga pendidikan agama Islam diteruskan oleh para kiai. Para kiai ini biasanya menyediakan tempat tinggal untuk para santri yang ingin menelaah kitab-kitab klasik dan kemudian dikenal dengan nama “pondok pesantren”. Seorang kiai adalah figur teladan dan memiliki ilmu yang mendalam, baik secara teori maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Pondok pesantren yang didirikan oleh seorang kiai mendapatkan sambutan positif dari kalangan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan ketika awal berdirinya pesantren, seorang kiai memilih tempat atau lokasi pesantren dari hasil wakaf para dermawan. Biasanya pesantren berdiri ketika kehidupan masyarakatnya banyak bertentangan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, misi pesantren di samping membentuk santri agar menjadi orang yang berilmu dan berakhlakul karimah, juga menyebarkan syiar agama Islam agar taat dan patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan- Nya.

2. Dasar dan Tujuan Didirikan Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, didirikan atas dasar tafaqqohu fiddin, yakni kepentingan umat Islam untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam. Dasar yang digunakan adalah firman Allah dalam Q.S At Taubah: 122

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ

Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. ( Q.S At Taubah: 122).

Dari ayat di atas, dijelaskan bahwa untuk mendalami ilmu agama Islam seseorang dapat mencari ilmu tersebut di pondok pesantren. Tujuan pondok pesantren ada dua, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus.

  1. Tujuan umum pesantren adalah untuk membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan dan mempersiapkan seseorang untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.
  2. Tujuan khusus pesantren yaitu:

  • Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berdasarkan Pancasila.
  • Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama dan mubalig yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta, dan mengamalkan syariat Islam secara utuh dan dinamis.
  • Mendidik santri memiliki kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan negara.
  • Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan material spiritual.
  • Mendidik santri agar dapat membantu peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dalam mensukseskan terwujudnya pembangunan bangsa dan negara.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Pondok Pesantren

Prinsip-prinsip pendidikan pondok pesantren terlihat dalam lima elemen dan pola hidup santri yang memperlihatkan ciri-ciri pendidikan pondok pesantren. Lima elemen pendidikan pondok pesantren tersebut adalah:

  1. Adanya kiai sebagai figure central, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan ilmu agama yang tinggi, menjadi panutan, memiliki peran dan tugas untuk membimbing serta mengajarakan ilmu agama kepada para santri. Di samping itu, seorang kiai juga berperan sebagai pusat penyelesain berbagai persoalan dan penentu kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Dalam menjalankan tugas sehari-hari kiai biasanya dibantu oleh para khadamnya;
  2. Adanya masjid. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam dan para santri, juga sebagai tempat pembelajaran para santri;
  3. Adanya santri, yaitu mereka sebagai peserta didik yang menuntut ilmu pengetahuan agama kepada para kiainya dan mereka tinggal berdekatan dengan rumah kiai:
  4. Adanya asrama, yaitu tempat para santri melepaskan lelah setelah seharian melakukan kegiatan pembelajaran;
  5. Adanya kitab kuning atau kitab klasik yang menjadi sumber pembelajaran para santri.

Selain terdapat lima elemen pendidikan pondok pesantren di atas,terdapat juga beberapa pola hidup santri sehari-hari, yaitu:

  1. Hidup seadanya, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup, maupun fasilitas belajar;
  2. Berjiwa ikhlas, yakni: jiwa yang tidak di dorong oleh ambisi apapun untuk memperoleh keuntungan tertentu, tetapi semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah;
  3. Berjiwa sederhana, namun tidak berarti miskin. Sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketahanan hati, penguasaan diri dalam menghadapi berbagai persoalan dan tetap berjiwa besar. Berani maju dan pantang menyerah dalam menghadapi dinamika perkembangan sosial;
  4. Berjiwa ukhuwah Islamiyah, yaitu; berjiwa demokratis yang tergambar dalam dialogis dan akrab antar komunitas pondok pesantren yang dipraktikkan dalam kehidupan seharihari. Keadaan tersebut akan mewujudkan suasana damai, senasib sepenanggungan dalam proses pembentukan dan pembangunan idealisme santri;
  5. Dididik untuk mandiri dengan tujuan untuk membentuk kondisi pondok pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang merdeka, mandiri, dan tidak menggantungkan diri kepada bantuan dari pihak lain;
  6. Berjiwa bebas dalam memilih alternatif jalan hidup untuk masa depannya dengan jiwa bbesar dan sikap optimisme dalam menghadapi segala problematik hidup berdasarfkan nilai-nilai islam;
  7. Tergantung pada restu kiai;
  8. Kebiasaan untuk melakukan amal shaleh, puasa, shalat, dan taqarub pada Allah;
  9. Kedisplinan sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren.

C. KLASIFIKASI PONDOK PESANTREN

Secara garis besar, pondok pesantren dibagi menjadi 3 yaitu salaf, khalaf dan perpaduan salaf dengan khalaf. Pesantren salaf adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai inti pendidikan pesantren tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Pesantren khalaf adalah pesantren yang telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkan secara klasikal. Sedangkan pondok pesantren perpaduan salaf dan khalaf adalah pondok pesantren yang tetap mengajarkan kitab kuning, juga mengajarkan mata pelajaran umum kepada para santri. Secara garis besar sebagai berikut ini:

  1. Pondok Pesantren Salaf mengajarkan ilmu-ilmu agama (tafaqohu fiddin) yang bersumber pada literature Islam klasik/ kitab. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum dengan sistem pendidikan formal. Sementara perpaduan salaf dengan khalaf adalah Di samping mengajarkan ilmu agama yang bersumber dari kitab kuning, juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum.
  2. Pondok Pesantren Salaf metode pengajaran yang dipakai mengaji adalah bandongan/wetonan, sorogan dan hafalan dalam bentuk nadzom. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf menggunakan metode yang dipakai dengan sistem klasikal (madrasah), kurikulum mata pelajaran umum dan keterampilan yang dipadukan dengan agama. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah di samping pembelajaran menggunakan metode bandongan/ sorogan, hafalan, juga menggunakan metode-metode pembelajaran modern seperti: diskusi, ceramah, presentasi, dsb.
  3. Pondok Salaf  membiasakan para Santri  hidup dalam kesalehan ritual (salat jamaah, salat lail, puasa sunah, dsb). Sedangkan Pondok pesantren Khalaf kehidupan santri disesuaikan dengan program pendidikan nasional/pendidikan formal. Perpaduannya dari keduanya adalah disamping santri dibiasakan bersifat kesalehan ritual individual, juga menumbuhkan kesalehan sosial.
  4. Pondok Pesantren Salaf Tidak mengharapkan ijazah untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau menjadi pegawai negeri. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf Ijazah diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah memiliki keilmuan dari kitab-kitab kuning dan mencari penghidupan dari pemerintah (menjadi PNS).
  5. Pondok Pesantren Salaf para santri biasanya kembali ke tempat asal dan menjadi guru ngaji serta peran keagamaan lainya. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf lulusan pesantren diharapkan mampu menjadi cendekiawan muslim yang bermanfaat bagi masyarakat, agama dan negara. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah Alumni santri boleh kembali ke daerah (tempat asal) untuk melakukan pembaruan kehidupan, sehingga daerah tersebut menjadi maju.
  6. Pondok Pesantren Salaf sosok kiai sebagai pemimpin yang kharismatik dan dapat dijadikan sebagai panutan para santri dan peduli terhadap kehidupan masyarakat serta pengayom baik tikngkat local regional maupun global. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf pemimpin pesantren yang responsiaf selalu berpegang kepada prinsip bahwa pesantren merupakan lembaga untuk memberikan pelayanan kepada komunitas pesantren dan masyarakat. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah kepemimpinan pesantren dilakukan secara kolektif, dengan tetap menempatkan kiai sepuh (paling tua) sebagai acuan utama.
  7. Pondok Pesantren Salaf sarana prasarana sederhana dan seadanya. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf sarana prasarana lebih disesuaikan dengan kebutuhan santri agar KBM berjalan lancer dan memperhatikan kesehatan. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah sarana prasarana pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dengan tetap berprinsip kesederhanaan dan kehematan.Pondok Pesantren Salaf jenjang pendidikan tidak dibatasi waktu, usia tetapi penguasaaan kitab ditentukan dari yang rendah sampai paling tinggi. Sedangkan Pondok pesantren Khalaf Jenjang pendidikan dibatasi dengan waktu dan usia. Perpaduan salaf dengan khalaf adalah Jenjang pendidikan dibatasi oleh waktu minimal, tetapi memberikan kesempatan bagi yang proses belajarnya kurang standard.

Contoh pondok pesantren salaf, khalaf dan Perpaduan antara salaf dengan khalaf, adalah sebagai berikut :

  1. Contoh Pondok Pesantren Salaf  : Pondok Pesantren Blok Agung Banyuwangi Jawa Timur, Pondok Pesantren Al Itqon Bugen Semarang, Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Jawa Tengah, Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang Jawa Tengah dan lain sebagainya.
  2. Contoh Pondok Pesantren Khalaf : Pondok Pesantren Gontor, Pondok Pesantren As Salam Surakarta, Pondok Pesantren Pabelan Magelang, Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Solo dan lain sebagainya.
  3. Contoh Perpaduan antara salaf dengan khalaf adalah : Pondok Pesantren Tebuireng Tambakberas Jombang Jawa Timur, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Jawa Tengah, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak


D. PERANAN PONDOK PESANTREN TERHADAP LAHIRNYA NU

Hubungan pondok pesantren dengan NU Menurut KH. Muchid Muzadi ibarat antara ikan dengan air. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena sebelum NU lahir para ulama telah membentuk organisasi untuk mewadahi diri dan kiprahnya di pondok pesantren. Pondok pesantren berperan sebagai alat transformasi kultural yang menyebar dalam kehidupan masyarakat. Pesantren berupaya memberikan pola kehidupan yang sesuai dengan agama dan masyarakat. Oleh karena itu, sebelum NU terbentuk, pesantren telah memegang peranan penting dalam lembaga pendidikan, lembaga dakwah, dan pengabdian masyarakat.

1. Peranan Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan

Pesantren sebagai lembaga pendidikan, secara umum bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa sebagai seorang mukmin sejati yang mempunyai kualitas moral dan intelektual. Secara khusus pesantren bertanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi agama Islam.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki kadar intelektual yang tinggi, karena model-model pendidikan yang dilakukan tidak terikat secara psikologis oleh waktu serta para santri bebas belajar menurut materi yang disuguhkan di pesantren, juga kitab-kitab yang dikaji tidak kalah dengan materi yang dipelajari di perguruan tinggi.

2. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Dakwah

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan bertugas melaksanakan Amar Makruf Nahi Munkar. Pendidikan pesantren mampu mencetak santri yang menguasai agama dan dapat memberikan ajaran agama melalui dakwah.

Pondok pesantren juga mampu mempersiapkan dan mencetak para santri berkepribadian muslim, yaitu berkpribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, dan berkhidmat kepada masyarakat.

3. Pesantren sebagai Tempat Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat

Pesantren dapat berfungsi sebagai lembaga pengabdiaan masyarakat, karena:

  1. Memiliki cara pandang tentang kehidupan yaitu untuk melakukan ritual keagamaan murni dan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
  2. Kecintaan yang mendalam terhadap peribadatan dan pengabdian kepada masyarakat;
  3. Sanggup memberikan pengabdian dalam bentuk apapun demi kepentingan masyarakat di atas kep;entingan perseorangan;
  4. Mampu menjadi tempat pelayanan masyarakat, karena pesantren mampu membantu kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat material maupun spiritual.

4. Peran Pondok Pesantren terhadap Lahirnya Nahdatul Ulama

Sejarah lahirnya NU tidak dapat dipisahkan dari peran pesantren. Sebelum NU lahir, para ulama pesantren telah membentuk organisasi atau jamiah untuk mewadahi diri dalam kiprahnya. Organisasi itu antara lain Nahdatul Tujjar, yaitu organisasi yang bertujuan untuk memperbaiki ekonomi umat. Nahdatul Wathon (1918) adalah sebuah organisasi pendidikan yang didirikan di kampong kawatan Surabaya dan Nahdatul syubban adalah organisasi kepemudaan. Kiai, ustadz, santri, dan berbagai unsur dalam pesantren merupakan rumah bagi NU. NU lahir dari gagasan para kiai pesantren. Hampir sebagian besar pesantren yang ada di Indonesia berafiliasi dengan NU.

Keanggotaan NU tidak hanya dari kalangan para ulama, namun anggotanya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dan selalu terbuka untuk siapapun.

Dari tulisan diatas dapat disimpulkan  bahwasanya Pondok Pesantran adalah pendidikan pengajaran agama Islam di mana kiai merupakan figur sentral bagi santrinya dan santrinya tinggal di asrama untuk mengkaji kitab kuning. Menggunakan metode pembelajaran di pesantren dengan sistem bandongan dan sorogan. Pondok pesantren juga didirikan atas dasar tafakkahu fiddin yang bertujuan memperdalam agama Islam agar terbentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT , berkepribadian bangsa sebagai kader-kader ulama yang berguna dalam masyarakat, bangsa, negara, dan agama demi kesejahteraan umat.

Di dalam pondok pesantren terdapat lima elemen yang tidak dapat dipisahkan yaitu: kiai, santri, masjid, asrama, dan kitab kuning. Memiliki pola hidup para santri hidup seadanya, ikhlas, tabah, ukhuwah islamiyah, mandiri, optimis, tawadhu’, amal shaleh, dan disiplin, artinya setiap Pondok Pesantren selalu mengajarkan budi perkerti dan Ahlak sebagai prinsip suatu kehidupan. Wallahu A’lam .. (MWC NU Widasari).

Posting Komentar

0 Komentar