Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6

KHUTBAH JUM’AT “PENTINGNYA MENJAGA HATI NURANI ”



Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ

Ma’asyirol Muslimin Wajumrotal Mu’minin Rahimakumullah

Hati nurani adalah bagian dari qalb (hati) yang memiliki peran penting dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk. Hati nurani adalah pusat dari perasaan, kesadaran, dan petunjuk moral yang Allah berikan kepada setiap manusia. Dengan mengenal dan menjaga hati nurani, manusia dapat lebih dekat kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.

Ada beberapa Fungsi dan Peran Hati Nurani, antara lain: sebagai Penentu Kebaikan dan Keburukan. Hati nurani adalah alat yang digunakan manusia untuk mengetahui apa yang benar dan salah. Rasulullah SAW bersabda:

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebajikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim)

Hati nurani juga sebagai Cerminan Keimanan. Kepekaan hati nurani seseorang mencerminkan tingkat keimanan dan kedekatannya kepada Allah. Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa terhubung dengan Allah melalui dzikir, doa, dan amal kebaikan.

Selain itu hati nurani juga sebagai Pembimbing Moral. Hati nurani berfungsi sebagai pemandu yang menuntun manusia untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan. Ketika hati nurani hidup, manusia dapat merasakan bisikan kebaikan dan rasa bersalah ketika melakukan dosa. Rasulullah SAW bersabda:

وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Dosa adalah apa yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim)

Jamaah Sholat Jumat Rahimakumullah

Hati nurani berfungsi untuk Mengendalikan Nafsu. Hati nurani berfungsi sebagai benteng yang mengontrol dorongan hawa nafsu yang bisa menjerumuskan manusia dalam perbuatan dosa. Dengan hati nurani yang aktif, manusia mampu mengendalikan keinginan negatif dan memilih jalan kebaikan.

Hati nurani juga melindungi manusia dari terjerumus dalam perbuatan buruk dengan memberikan peringatan melalui rasa bersalah atau kegelisahan saat melakukan dosa. Rasulullah SAW  bersabda:

اسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ

“Mintalah fatwa kepada hatimu, kebaikan adalah apa yang membuat jiwa dan hati tenang, dan dosa adalah apa yang membuat jiwa gelisah dan ragu dalam dada.” (HR. Ahmad)

 
Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah SWT

Para ulama menjelaskan  bahwa hati manusia memiliki kondisi yang berbeda-beda tergantung pada kesuciannya, pengaruh dosa, dan hubungannya dengan Allah. Jenis-jenis hati ini penting dipahami karena mencerminkan kualitas keimanan dan kehidupan spiritual kita masing-masing.

Yang pertama adalah  Qalb Salim (Hati yang Bersih). Ini adalah hati yang suci dan selamat dari noda dosa, penuh keimanan, dan senantiasa tunduk kepada Allah. Hati ini hanya dipenuhi kebaikan dan jauh dari keraguan serta kesesatan. Allah SWT berfirman:

إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ

“Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu'ara: 89)

 

Hati yang bersih selalu sensitif terhadap kebenaran dan mudah menerima petunjuk dari Allah.

Yang kedua adalah Qalb Maridh (Hati yang Sakit). Hati yang sedang sakit berada di antara kebenaran dan kebatilan. Hati ini tidak sepenuhnya terhijab dari kebenaran, tetapi sering kali terjebak dalam keburukan dan dosa, sehingga menjadi lemah. Allah berfirman:

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu.” (QS. Al-Baqarah: 10)

Hati yang sakit perlu disembuhkan melalui taubat, dzikir, dan memperbanyak amal saleh.

Yang ketiga adalah Qalb Mayyit (Hati yang Mati).  Hati yang mati adalah hati yang tidak lagi memiliki kepekaan terhadap kebenaran dan kebaikan. Hati ini tertutup oleh dosa, sehingga tidak bisa lagi membedakan antara yang hak dan yang batil. Dalam kondisi ini, manusia menjadi terikat pada hawa nafsu dan kesesatan. Rasulullah SAW bersabda:

 

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan yang tidak mengingat-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Berbagai jenis hati tersebut mencerminkan kondisi spiritual diri kita masing-masing. Hati yang bersih adalah tujuan ideal bagi setiap Muslim, sementara hati yang sakit dan mati harus dihindari melalui taubat, ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menjaga hati, manusia dapat menjalani kehidupan yang diridhai Allah dan terhindar dari keburukan dunia serta akhirat.

Kita tentu berharap agar memiliki hati yang bersih atau hati yang terbebas dari penyakit spiritual seperti kesyirikan, kebencian, iri hati, dan sifat buruk lainnya. Hati ini senantiasa terhubung dengan Allah dan dipenuhi dengan iman, rasa takut kepada Allah, dan ketenangan.

Memiliki hati yang bersih merupakan tujuan utama dalam kehidupan spiritual seorang Muslim, karena hati yang bersih merupakan jalan menuju keridhaan Allah dan keselamatan di akhirat.

Hati yang bersih adalah syarat utama bagi kita untuk mendapatkan keridhaan Allah dan keselamatan di akhirat. Dengan menjaga hati dari berbagai penyakit dan memperbanyak amal shaleh, kita  dapat mencapai qalb salim yang menjadi kunci menuju kehidupan yang diridhai Allah.

 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II 

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا،  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
 وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ،وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ  اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ.اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ  ،وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ

 

Khutbah Jum’at ini di Susun oleh Oleh Iing Rohimin (Wakil Ketua PWNU Jawa Barat). Semoga bisa bermanfaat untuk para pembaca.

 

Post a Comment

Silahkan tulis komentar di sini dengan sopan dan benar. No Link !!

Lebih baru Lebih lama