Khutbah
I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا
لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا
إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ
الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ
الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ
Ma’asyirol
Muslimin Wajumrotal Mu’minin Rahimakumullah
Hati
nurani adalah bagian dari qalb (hati) yang memiliki peran penting dalam
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Hati nurani adalah pusat dari
perasaan, kesadaran, dan petunjuk moral yang Allah berikan kepada setiap
manusia. Dengan mengenal dan menjaga hati nurani, manusia dapat lebih dekat
kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.
Ada
beberapa Fungsi dan Peran Hati Nurani, antara lain: sebagai Penentu Kebaikan
dan Keburukan. Hati nurani adalah alat yang digunakan manusia untuk mengetahui
apa yang benar dan salah. Rasulullah SAW bersabda:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ
مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebajikan
adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang menggelisahkan hatimu dan
kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (HR.
Muslim)
Hati
nurani juga sebagai Cerminan Keimanan. Kepekaan hati nurani seseorang
mencerminkan tingkat keimanan dan kedekatannya kepada Allah. Hati yang bersih
adalah hati yang senantiasa terhubung dengan Allah melalui dzikir, doa, dan
amal kebaikan.
Selain
itu hati nurani juga sebagai Pembimbing Moral. Hati nurani berfungsi sebagai
pemandu yang menuntun manusia untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan. Ketika
hati nurani hidup, manusia dapat merasakan bisikan kebaikan dan rasa bersalah
ketika melakukan dosa. Rasulullah SAW bersabda:
وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ
وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Dosa
adalah apa yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.”
(HR. Muslim)
Jamaah
Sholat Jumat Rahimakumullah
Hati
nurani berfungsi untuk Mengendalikan Nafsu. Hati nurani berfungsi sebagai
benteng yang mengontrol dorongan hawa nafsu yang bisa menjerumuskan manusia
dalam perbuatan dosa. Dengan hati nurani yang aktif, manusia mampu
mengendalikan keinginan negatif dan memilih jalan kebaikan.
Hati nurani juga melindungi manusia dari terjerumus dalam perbuatan buruk
dengan memberikan peringatan melalui rasa bersalah atau kegelisahan saat
melakukan dosa. Rasulullah SAW bersabda:
اسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا
اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ
فِي الصَّدْرِ
“Mintalah fatwa kepada hatimu, kebaikan
adalah apa yang membuat jiwa dan hati tenang, dan dosa adalah apa yang membuat
jiwa gelisah dan ragu dalam dada.” (HR. Ahmad)
Sidang
Jumat yang Dimuliakan Allah SWT
Para
ulama menjelaskan bahwa hati manusia
memiliki kondisi yang berbeda-beda tergantung pada kesuciannya, pengaruh dosa,
dan hubungannya dengan Allah. Jenis-jenis hati ini penting dipahami karena
mencerminkan kualitas keimanan dan kehidupan spiritual kita masing-masing.
Yang
pertama adalah Qalb Salim (Hati yang
Bersih). Ini adalah hati yang suci dan selamat dari noda dosa, penuh keimanan,
dan senantiasa tunduk kepada Allah. Hati ini hanya dipenuhi kebaikan dan jauh
dari keraguan serta kesesatan. Allah SWT berfirman:
إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ
سَلِيْمٍ
“Kecuali orang yang datang kepada Allah
dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu'ara: 89)
Hati
yang bersih selalu sensitif terhadap kebenaran dan mudah menerima petunjuk dari
Allah.
Yang
kedua adalah Qalb Maridh (Hati yang Sakit). Hati yang sedang sakit berada di
antara kebenaran dan kebatilan. Hati ini tidak sepenuhnya terhijab dari
kebenaran, tetapi sering kali terjebak dalam keburukan dan dosa, sehingga
menjadi lemah. Allah berfirman:
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ
فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah
menambah penyakit itu.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Hati
yang sakit perlu disembuhkan melalui taubat, dzikir, dan memperbanyak amal
saleh.
Yang
ketiga adalah Qalb Mayyit (Hati yang Mati).
Hati yang mati adalah hati yang tidak lagi memiliki kepekaan terhadap
kebenaran dan kebaikan. Hati ini tertutup oleh dosa, sehingga tidak bisa lagi
membedakan antara yang hak dan yang batil. Dalam kondisi ini, manusia menjadi
terikat pada hawa nafsu dan kesesatan. Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ
وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
orang yang mengingat Tuhannya dengan yang tidak mengingat-Nya adalah seperti
orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR.
Bukhari)
Berbagai
jenis hati tersebut mencerminkan kondisi spiritual diri kita masing-masing.
Hati yang bersih adalah tujuan ideal bagi setiap Muslim, sementara hati yang
sakit dan mati harus dihindari melalui taubat, ibadah, dan mendekatkan diri
kepada Allah. Dengan menjaga hati, manusia dapat menjalani kehidupan yang
diridhai Allah dan terhindar dari keburukan dunia serta akhirat.
Kita tentu berharap
agar memiliki hati yang bersih atau hati yang terbebas dari penyakit spiritual
seperti kesyirikan, kebencian, iri hati, dan sifat buruk lainnya. Hati ini
senantiasa terhubung dengan Allah dan dipenuhi dengan iman, rasa takut kepada
Allah, dan ketenangan.
Memiliki
hati yang bersih merupakan tujuan utama dalam kehidupan spiritual seorang
Muslim, karena hati yang bersih merupakan jalan menuju keridhaan Allah dan
keselamatan di akhirat.
Hati
yang bersih adalah syarat utama bagi kita untuk mendapatkan keridhaan Allah dan
keselamatan di akhirat. Dengan menjaga hati dari berbagai penyakit dan
memperbanyak amal shaleh, kita dapat
mencapai qalb salim yang menjadi kunci menuju kehidupan yang diridhai Allah.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ
وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ
وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ
مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ
وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ
وَالْوَاجِبَاتِ،وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ
الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ
العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ.اَللّٰهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ
وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ
الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر عِبَادَ اللهِ،
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ ،وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ
اللّٰهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jum’at ini di Susun oleh Oleh
Iing Rohimin (Wakil Ketua PWNU Jawa Barat). Semoga bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar di sini dengan sopan dan benar. No Link !!