KHUTBAH
JUM’AT
“RASULULLAH
SAW YANG MULIA BUKAN BULANNYA”
Oleh: Iing Rohimin (Wakil Ketua PWNU Jawa Barat)
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ
لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا
بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ
هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا
عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ
تَأْيِيْدِهِ
وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَى
وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللّٰهِ اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ
تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى
بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ
بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Kaum Muslimin, Jamaah Sholat Jumat yang Dimuliakan Allah
Saat ini kita telah memasuki Bulan Rabiul Awal, sesungguhnya Bulan Rabiul Awal tergolong bulan yang mulia karena di dalamnya terdapat sejarah kelahiran manusia paling mulia di muka bumi. Maka yang mulia adalah Rasulullah SAW dan bukan bulannya, hal ini ditegaskan oleh Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun justru masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Artinya, Nabi-lah yang mengangkat derajat bulan tersebut, bukan sebaliknya.
Pada bulan maulid ini umat Islam dianjurkan untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW, Imam al-Suyuthi menjelaskan:
هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ
“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Saw dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Saw”.
Para Hamba Allah yang Senantiasa Mengharap Ridho Allah
Peringatam maulid bisa dilakukan dengan berbagai cara, asalkan semuanya dilakukan dengan cara yang baik dan tidak berbau maksiat, menurut Ibnu Hajar al-Asqalani ada empat cara memperingati maulid Nabi. Perayaan maulid Nabi seiring firman Allah dalam Al-Qur’an:
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya: “Katakanlah Muhammad, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya maka hanya dengan itu berbahagialah orang-orang yang beriman. Hal itu (anugerah dan rahmat-Nya) lebih baik daripada harta dunia yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58).
Diantara cara memperingati maulid nabi adalah dengan membaca Al-Qur’an, memberi makan orang, bersedekah, dan mengungkapkan berbagai pujian kepada Nabi seperti dengan membaca Maulid al-Barzanji, Maulid Diba’, Dhiyâul Lami’ dan semisalnya, berbagai bentuk peringatan tersebut dimaksudkan agar dapat mendorong hati untuk lebih giat melakukan amal kebaikan sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak.
Kenapa kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Rasulullah SAW, beliau bersabda:
مَا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ نَبِيٌّ إِلَّا أُعْطِيَ مِنْ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ أُومِنَ أَوْ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ فَأَرْجُو أَنِّي أَكْثَرُهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Tidak seorang nabi pun kecuali dia diberi beberapa mukjizat yang tak bisa diserupai oleh apapun sehingga manusia mengimaninya atau dengan redaksi 'sehingga manusia dijadikan beriman', namun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat." (HR Bukhari).
Sidang Jumat Rahimakumullah
Amalah berikutnya adalah memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW, begitu banyak keistimewaan membaca shalawat, salah satunya adalah ibadah/amalan ini pasti diterima oleh Allah SWT.
Jika amalan/ibadah lain membutuhkan syarat dan ketentuan berlaku untuk dapat diterima atau tidak, misalnya sholat, ibadah itu akan diterima jika terpenuhi segala syarat, rukun dan ketentuan lainnya, bahkan sholat baru bisa diterima ketika dilakukan secara ihlas.
Tetapi tidak dengan shalawat, amalan ini tidak membutuhkan syarat dan ketentuan untuk dapat diterima oleh Allah SWT, bahkan ketika dibaca dengan maksud riyapun masih diterima, hal ini dijelaskan oleh Yusuf an-Nabhani sebagaimana dilansir NU Online:
وهي مقبولة من كل أحد في كل حالة، ومن المخلص فيه، وكذا من المرائي بها على أصح الأقوال
Artinya, “Shalawat itu diterima dari setiap orang dan dalam kondisi apapun. Diterima dari orang yang ikhlas, begitu juga orang yang riya atau pamer amal menurut pendapat yang paling benar. (Yusuf an-Nabhani, Sa’âdatud Dârain)
Orang yang membaca shalawat akan menemukan pahala shalawat di akhirat bila meninggal dalam kondisi husnul khatimah. Andaikan tidak meninggal dalam kondisi husnul khatimah, maka ia tetap akan mendapatkan manfaat syafaat dari shalawat yang dibacanya.
Setidaknya shalawat yang pernah dibacanya akan meringankan siksanya di neraka, sebagaimama Abu Lahab mendapat keringanan siksa tiap hari Senin karena gembira atas kelahiran Rasulullah SAW.
Sedemikian luar biasanya shalawat, sehingga rugilah bagi orang-orang yang enggan membacanya, apalagi shalawat juga merupakan bukti dari rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW dan dengan shalawat, maka kita akan mendapatkan syafaat dari beliau saat di akhirat kelak.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ
اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهُٓ اَحْمَدُۗ
فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ