“Jaga Diri dan Keluarga dari Siksa Api
Neraka”
Oleh:
Iing Rohimin (Wakil Ketua PWNU Jawa Barat)
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ ،اْلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَرِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو اْلجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانِ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَمَّا بَعْدُ : فَيَايُّهَا
الْإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالى فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Ma’syirol Muslimin Rahimakumullah
Kita tentu sering mendengar dan tidak asing
lagi dengan perintah Allah agar kita menjaga diri kita dan keluarga dari
ancaman siksa api neraka, sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat
At-Tahrim ayat 6:
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
Artinya: “Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka”
Perintah melindungi diri dan keluarga dari siksa api neraka, mungkin terlihat sederhana, simpel dan mudah, namun nyatanya perintah tersebut mengandung makna yang sangat luas dan dalam serta melingkupi seluruh aspek kehidupan kita, juga mengandung konsekuensi dan tantangan yang sangat berat.
Selain menjaga aqidah keluarga dan keturunan kita dengan menerapkan pendidikan keagamaan sejak dini, upaya lain yang harus dilakukan adalah menjaga ibadah mereka agar tetap melaksanakan sholat lima waktu.
Sholat lima waktu, meskipun terlihat sepele namun hal itu sebenarnya menjadi pondasi kekuatan bathiniyah anak, apalagi jika anak-anak sejak dini diberikan pemahaman yang utuh tentang apa sebenarnya sholat? dan bagaimana caranya agar mereka senang melaksanakan sholat tanpa harus diperintah?
Memang susah untuk merasa senang saat sholat,
jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih sangat susah untuk melakukannya,
padahal Rasulullah SAW telah menegaskan: “Ja’altu qurrata a’yuni fi shalati,”.
Yang artinya: “Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku adalah pada
saat mengerjakan shalat,"
Mendidik anak-anak agar merasa senang dengan
sholat tentu bisa dilakukan dengan banyak cara mulai dari mengajari mereka
sholat secara rutin, memberikan contoh kepada anak-anak dan yang paling penting
adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang eksistensi Allah SWT.
Tanpa pemahaman yang utuh akan keberadaan Allah SWT, maka sholat bagi mereka hanya sekedar ritual semata, hanya sekedar menjalankan kewajiban, hanya takut akan dosa atau hanya sekedar untuk mencari pahala semata.
Padahal anak-anak butuh disambungkan dengan Tuhannya, anak-anak harus memahami bahwa mereka hidup ini karena nikmat dan karunia-Nya, Allah lah yang menyediakan semua yang kita inginkan dan Allah yang akan melindungi hidup kita. Dengan hal-hal tersebut maka akan tertanam rasa cinta di hati anak terhadap Allah SWT.
Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Selain itu, untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka adalah dengan menerapkan pendidikan keagamaan sejak dini, upaya lain yang harus dilakukan adalah menjadikan rumah sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi keluarga.
Jika ingin anak keturunan kita memiliki akhlak yang mulia, maka tentu kita sebagai orang tuanya harus memberikan contoh terlebih dahulu terhadap mereka, karena apa yang disaksikan oleh anak akan dicontoh oleh mereka.
Akhlak atau adab suami terhadap isteri harus baik dan sebaliknya, akhlak seorang istri terhadap suaminya juga harus baik, jangan sampai rumah menjadi tong sampah untuk menumpahkan dan membuang segala persoalan yang dihadapi di luar, menumpahkan sumpah serapah, mengungkapkan segala kekesalan dengan omongan kasar dan keji serta menjadikan anak, istri/suami sebagai objek atas kemarahan diri kita.
Kita sebagai orang tua harus memberi contoh tentang adab yang baik kepada anak-anak kita, Rasulullah SAW bersabda :
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR Tirmidzi)
Dengan mengajarkan akhlak yang baik kepada anak-anak, maka akan menjadi washilah bagi tercapainya upaya kita untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka. Karena akhlak adalah bekal terbaik bagi anak-anak untuk menghadapi kehidupan yang berisi tantangan dan ancaman yang dapat membahayakan mereka…..semoga !!!
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ