Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ
الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ
فَضْلِهِ الْعَمِيمِ ،وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إلَّا اللٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ،
الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا
بَعْدُ
فَيَا
عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْحَكِيْمِ،
الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا
اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ
يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰى كُمْ
Kaum Muslimin
Para Tamu Allah di Rumah Allah yang Suci Ini
Memperkuat tauhid harus terus kita lakukan,
karena tauhid adalah pondasi kehidupan kita, sandaran kehidupan kita dan
pangkal kebahagiaan hidup kita. firman
Allah dalam Al Qur’an:
رَبُّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ
لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً
“Rabb (yang
menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam: 65).
Tauhid adalah
mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Barangsiapa
yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang menciptakannya dan
mengatur segala urusannya, maka harus menyakini secara utuh bahwa segala urusan
dirinya telah diatur oleh Allah, termasuk dalam hal rezeki.
Terkadang disinilah
muncul keragu-raguan diri kita terhadap ketetapan rezeki yang telah diatur
Allah terhadap kita. Diri ini selalu merasa kurang atas segala rezeki yang
telah diterima, tidak pernah merasa puas atas apa yang telah kita miliki, ingin
lebih, ingin lagi, lagi dan lagi tanpa pernah merasa cukup dan bersyukur.
Hati-hati terhadap
rasa kurang karena bisa jadi akan menimbulkan sifat serakah. Hati-hati terhadap
panjang angan-angan atau keinginan, karena bisa jadi akan menimbulkan ketidak
percayaan pada Allah (syirik/kafir). Jika diawali dengan rasa kurang, panjang
angan-angan dan banyaknya keinginan, maka ketika tidak terpenuhi segala hal
tersebut, maka Allah lah yang akan dipersalahkan, kemudian malas beribadah dan
ujung-ujungnya tidak percaya lagi terhadap kekuasaan Allah, tanpa disadari
disitulah bibit-bibit kemusyrikan atau bahkan kekafiran mulai tumbuh
menggerogoti keimanan (tauhid) yang kita miliki.
Padahal Allah lebih
tahu kebutuhan manusia dan segala kebutuhan tersebut telah dicukupi disesuaikan
dengan situasi, kondisi dan keadaan diri setiap individu. Bisa jadi segala
keinginan yang membuncah dalam ada, jika dikabulkan justeru kita belum siap dan
akan menimbulkan kerusakan atau kemudhorotan pada diri kita, maka akan Allah tahan,
sampai kita benar-benar siap.
Para
Hamba Allah, Jamaah Sholat Jumat Rahimakumullah
Beberapa bukti bahwa
tauhid menjadi penentu kebahagiaan kita, yang pertama adalah Tauhid sebagai
Kunci Ketenangan Jiwa. Seseorang
yang hatinya penuh dengan tauhid tidak akan mudah goyah oleh ujian hidup. Ia
yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah SWT. Keyakinan ini mendatangkan ketenangan. Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Artinya: "Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk."
(QS. Al-An‘am: 82)
Ayat ini menunjukkan bahwa tauhid adalah sumber
keamanan dan petunjuk hidup.
Kedua, Tauhid Membebaskan dari Keterikatan Dunia. Orang yang lemah tauhidnya akan terikat pada
dunia, harta, jabatan, atau manusia lain. Sebaliknya, orang yang bertauhid
hanya bersandar kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَالَ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Artinya: "Barangsiapa
mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas, niscaya ia akan masuk
surga." (HR. Ahmad)
Ikhlas dalam tauhid melahirkan kebebasan jiwa dan ketenangan
batin, yang menjadi fondasi kebahagiaan sejati.
Sidang Jumat Rahimakumullah
Ketiga, Tauhid Menjadi Sumber Kekuatan dalam Ujian.
Kebahagiaan sejati bukan berarti hidup tanpa ujian, melainkan tetap tegar
saat ujian datang. Tauhid menjadikan seorang Muslim sabar dan optimis, karena
ia yakin Allah-lah yang mengatur segala sesuatu. Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupinya." (QS. Ath-Thalaq: 3)
Inilah sumber ketenangan dan kebahagiaan sejati, yaitu
tawakal yang lahir dari tauhid.
Keempat, Tauhid Membawa Kehidupan yang Baik. Tauhid yang kokoh akan memotivasi seorang
Muslim untuk beramal saleh, menjauhi maksiat, dan selalu mencari ridha Allah.
Allah SWT
berjanji:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا
مِّن ذَكَرٍاَوْ اُنْـثٰـى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami pasti akan berikan kepadanya
kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
Ayat ini menegaskan bahwa iman (tauhid) yang disertai
amal saleh akan melahirkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Tauhid adalah fondasi kebahagiaan sejati dalam hidup.
Dengan memperkuat tauhid, seorang Muslim akan merasakan ketenangan jiwa,
kebebasan batin, kekuatan menghadapi ujian, serta kehidupan yang penuh makna.
Tanpa tauhid, kebahagiaan hanya bersifat semu dan sementara.
Karena itu, memperkuat tauhid bukan hanya kewajiban
teologis, tetapi juga kebutuhan psikologis dan sosial. Hati yang bertauhid
kepada Allah akan merasakan kedamaian, jiwa yang bertauhid akan kokoh
menghadapi tantangan, dan hidup yang bertauhid akan selalu berada dalam ridha
Allah SWT.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ:
لَوْ اَرَادَ اللٰهُ اَنْ
يَّتَّخِذَ وَلَدًا لَّاصْطَفٰى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ سُبْحٰـنَهُ هُوَ اللٰهُ الْوَاحِدُ
الْقَهَّارُ
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah
II
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد
فَيَآ اِخْوَانِىْ رَحِمَكُمُ اللهُ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
فَقَالَ تَعَالى فِى كِتَابِهِ الْكَرِ يْمِ : مَنْ
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجَا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبْ .
وَاَنَّ اللهِ اَمَرَكُمْ بَدَأَ بِنِفْسِهِ وَ ثَنَّى بِمَلاَ ئِكَةِ بِقُدْسِهِ
فَقَالَ
عَزَّ مِنْ قَا ئِلٍ كَرِ يْمٍ ، اِنَّ اللهَ وَمَلآ
ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْ تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مِنْهُمْ
وَمَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
اَمِيْنْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،اَلْاَحْيَاءِمِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اَللّٰهُمَّ اَعِزِّاْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكِ الْكَفَرَةَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَ لاَ تَجْعَلْنَاتَحْتَ اَقْدَامِ الْمُنَافِقِيْنَ
الظَّالِمِيْنَ. أَللَّهُمَّ انْصُبْ فِيْ بِلاَدِنَا هَاذَااِمَامًا عَادِلاً
وَبِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .
اَللّٰهُمَّ اَ لِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ،
وَفَرِّقْ جَمْعِيَّةَ الْكُفْرِ الْمُشْرِكِيْنَ بِعِنَايَتِكَ ، وَرَحْمَتِكَ
يَآ اَرْحَمَ الرَّ احِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ ا دْ فَعْ عَنَّا الْغَلآ ءَ وَالْوَ
بَآ ءَ وَالْفَحشَآ ءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْىَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ
وَالشَّدَآ ئِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا
هَاذَ خَآ صَّةُ وَمِنْ بُلْدَانِ مُسْلِمِيْنَ عَآ مَّةُ. اِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْئٍ قَدِ يْرٌ . رَ بَّنَااغْفِرْ لَنَا
وَ ِلاِ خْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْ نَا بِاْلاِ يْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْ بِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ اَ مَنُوْ ا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ
. عِبَادَ اللهِ :
اِنَّ اللهَ
يَأْ مُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِ يْتَآ ءِ ذِي الْقُرْبى وَ يَنْهى عَنِ
الْفَخْشَآ ءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغىَ، يَعَظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ،فَاذْكُرُوْا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللٰهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jum’at ini di Susun oleh Oleh Iing Rohimin (Wakil Ketua PWNU Jawa Barat). Semoga bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar di sini dengan sopan dan benar. No Link !!